Archives
-
Urban: Jurnal Seni Urban dan Industri Budaya
Vol. 2 No. 1 (2018)Editorial: Hakikat Keragaman
Nyak Ina RaseukiJurnal Urban kali ini memuat lima artikel hasil pengamatan peneliti-peneliti yang menyoroti berbagai tema menyangkut komik, sastra, program televisi, kuliner, serta dongeng dan digital native. Dua artikel merupakan hasil pengamatan kerjasama tim peneliti, dan tiga lainnya hasil pengamatan mandiri.
Aldrie Alman Drajat dan Lilawati Kurnia dalam artikel “Representation of Muslim Women in Manga Satoko & Nada” membahas wacana Islam dalam manga Jepang. Dalam pembahasannya, artikel ini mencari jalan dalam penggambaran citra Islam yang berbeda, ciri keterbukaan Islam, terutama yang berhubungan dengan perempuan dalam Islam melalui budaya populer, yakni komik manga.
Artikel “Kumpulan Cerpen Celeng Satu Celeng Semua Karya Triyanto Triwikromo: Sebuah Metafora Tuhan” yang ditulis oleh Fitria Sis Nariswari melacak kekuatan ciri seorang penulis sastra dari sebuah kumpulan cerpen. Salah satu usaha telaah gaya dalam sastra melalui kajian bacaan.
Kultur kuliner adalah salah satu wacana berarti untuk diangkat, dalam hal ini kuliner sebagai bagian dari kehidupan perkotaan. Ade Ariyani Sari Fajarwati, Fabianus H. Koesoemadinata dan Sonya Indriati Sondakh menulis “Ruang Kuliner dan Kelas Sosial di Jakarta”. Pengamatan ini menelisik kecenderungan kultur kuliner pada tiga strata kelas di dalam kultur urban Jakarta.
Artikel selanjutnya adalah artikel kedua yang menyentuh budaya urban Jepang. Hal ini dapat dianggap sebagai usaha memahami kesetimpalan budaya urban di Indonesia. Artikel “Diversity-Based Programming dan Inspiring Broadcasting: Misi NHK Sebagai Penyiar Publik Melalui Program Asadora” ditulis oleh Bawuk Respati, mengamati sebuah program pertelevisian di Jepang. Sebuah pengamatan pada sistem produksi demi melihat bagaimana sebuah program televisi memelihara harapan penontonnya.
“Rumah Makan Padang Sebuah Narasi Pertunjukan Budaya: Studi Kasus Rumah Makan Padang Simpang Raya” ditulis oleh Madia Patra Ismar. Pengamatan ini menelusuri nilai-nilai budaya masyarakat Minang di perantauan, yakni di Jakarta. Pengamatan bertumpu pada kegiatan budaya yang menyangkut kehidupan kultur kuliner Minang yang berhasil berpindah dan bersesuaian budaya dengan lingkungan budaya perantauan.
Selain lima artikel di atas, edisi ini memuat sebuah esai spesial dari Sapardi Djoko Damono yang berjudul “Kesusastraan dan Industri Kreatif”. Esai tersebut merumuskan bagaimana pentingnya cara baru atau teknologi berperan dalam kesusastraan, baik tradisional maupun modern, untuk dapat bersaing dalam industri kreatif.
Keenam tulisan dalam nomor ini menunjukkan kemajemukan seni dan permasalahan di dalam budaya yang melingkupinya, yang mencerminkan keragaman persoalan dan kenyataan di dalam budaya urban. Gabungan berbagai masalah dalam artikel tersebut, mencerminkan hal yang terus-menerus penting dimuliakan, yakni hakikat keragaman.
-
Urban: Jurnal Seni Urban dan Industri Budaya
Vol. 1 No. 2 (2017)Editorial: Merayakan Perubahan
Sapardi Djoko DamonMerupakan lanjutan dari nomor sebelumnya, jurnal Urban kali ini menampilkan keragaman tema kajian yang berpusat pada perubahan atau transisi bentuk dan ideologi dalam tataran kesenian. Urban nomor ini memuat enam artikel yang ditulis oleh para peneliti yang berasal dari berbagai lembaga. Dari enam artikel yang dimuat, tiga di antaranya merupakan kajian atas film, sementara lainnya merupakan kajian atas seni pertunjukan, kegiatan pemberdayaan, dan kajian arsitektur.
Ardianti Permata Ayu dalam artikelnya “Zootopia: Kontestasi dalam Multikultur” membahas wacana multikulturalisme yang disampaikan melalui film animasi cerita binatang (fabel). Analogi dalam film ini merupakan sebuah strategi yang baik dalam mengkritisi isu multikulturalisme. Sementara, Damar Jinanto dalam artikelnya “Belle dalam Dua Dunia: Animasi Beauty and The Beast Tahun 1991 dan Film La Belle et La Bête Tahun 2014” membahas pergerseran ideologi dongeng klasik Beauty and The Beast melalui alihwahana film animasi Beauty and The Beast ke film live action La Belle et La Bête. Pergeseran ideologi ini, beberapa di antaranya merupakan upaya mengembalikan suasana natural yang mendekat dengan alam dari suasana industrial dan impian akan modernisasi. Fitria Sis Nariswari dalam artikelnya “Film Fiksi.: Antara Identitas Film Nasional dan Sinema Pasca-Orde Baru” mengkaji representasi perempuan dalam kaitannya dengan perkembangan sinema dalam negeri.
Perkawinan budaya selalu menghasilkan sesuatu yang menarik. Genoveva Noirury Nostalgia dalam “Retno Maruti, Sebuah Catatan Perjalanan dari Panggung Ramayana Prambanan Hingga Padneçwara” membahas maestro tari Indonesia, Retno Maruti, dan salah satu karyanya, The Amazing Bedhaya-Legong Calonarang, yang merupakan kolaborasi antara tari Bedhaya dan Legong bersama Bulantrisna Djelantik. Dhyani Hendranto dalam artikel “Yogyakarta Urban Women: Expression of Cultural Values Through Contemporary Jewelry in Experimental Installations and Live Performances” merupakan sebuah catatan mengenai upaya pemberdayaan perempuan melalui terapi pembuatan karya seni kontemporer. Terakhir, Ade Ariyani Sari Fajarwati dalam “Representasi Tubuh Manusia dalam Omah Jawa” menggunakan pendekatan semiotik mengungkapkan bahwa omah tradisional Jawa memiliki konsep ketubuhan sesuai yang dipegang oleh masyarakat Jawa.
Semua artikel dalam nomor ini merupakan bagian dari inti masalah yang berkaitan dengan perubahan, demi melahirkan bentuk dan ide-ide yang baru, dengan daya guna yang baru pula. Perubahan-perubahan inilah yang sepatutnya dirayakan sebagai sebuah pembaruan yang memperkaya.
-
Urban: Jurnal Seni Urban dan Industri Budaya
Vol. 1 No. 1 (2017)Editorial: Pendidikan Kreativitas
Sapardi Djoko DamonoJurnal Urban ini adalah kelanjutkan dari jurnal yang sudah pernah kami terbitkan sebelumnya, yakni Jurnal Urbanitas yang terbit pertama kali tahun 2009 dan kemudian berhenti karena masalah teknis. Visi jurnal kami ini tetap sama, yakni mendeteksi, memilah-milah, memahami, dan menguraikan berbagai masalah yang berkaitan dengan konsep urban –sebuah ruang mahaluas, khususnya Jakarta, yang mau tidak mau harus menampung segala masalah yang berkaitan dengan urbanisasi. Urbanisasi tidak hanya bermakna mengalirnya dengan deras penduduk dari daerah-daerah yang tidak atau belum dianggap urban karena berbagai macam alasan, tetapi juga – dan terutama – proses yang harus dijalani siapa pun yang datang ke kota agar bisa menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari dinamika kehidupan kota. Proses yang menyangkut semua kegiatan, yang menghasilkan gagasan, teknologi, maupun benda yang dihasilkannya itulah pada dasarnya yang menjadi fokus jurnal ini.
Hakikat masalah yang harus dihadapi siapa pun yang berketetapan untuk pindah ke dan menjadi bagian dari dinamika kehidupan kota adalah yang berkaitan dengan konsep survival, dan kita sadari sepenuhnya bahwa frasa survival of the fittest masih berlaku sampai sekarang, bahkan mungkin sampai kapan pun. Hanya mereka yang memiliki, mengembangkan, dan menciptakan akal-akalan yang canggih yang bisa lolos dari ujian frasa itu. Segala jenis pemikiran dan kegiatan pada dasarnya bersandar pada teknologi, yang tidak lain berarti the way people do things – segala jenis akan-akalan yang kita lakukan untuk menghasilkan segala sesuatu agar bisa bertahan. Teknologi menghasilkan segala sesuatu yang kita perlukan dan manfaatkan untuk menghasilkan segala jenis benda dan kebutuhan apa pun yang menyebabkan kita bisa berhasil menjalani proses urbanisasi. Kita berusaha sebaik-baiknya agar semua artikel yang dimuat dalam jurnal ini ada kait-mengaitnya dengan proses tersebut.
Urban nomor ini memuat enam artikel yang ditulis oleh para peneliti yang berasal dari berbagai lembaga. Artikel Satiro Pamungkas, “Peran Orang Gila sebagai Representasi Kritik Sosial: Studi Kasus Tiga Film Warkop DKI: Bisa Naik Bisa Turun (1981), Bagi-Bagi Dong (1992), dan Pencet Sana Pencet Sini (1993)”adalah hasilpengamatan dan analisis atas tiga komedi Warkop. Komedian ini, menurut Pamungkas, telah memanfaatkan tokoh orang gila sebagai alat untuk secara tidak langsung melancarkan kitik terhadap lembaga yang dalam beberapa hal gagal dalam menangani masalah ketimpangan dan ketidakadilan sosial. “Tautan antara Ideologi dan Kebudayaan dalam film Modern Times” oleh Heri Purwoko mengamati dan menguraikan bagaimana dalam film-fiilm Charlie Chaplin perkembangan teknologi modern telah menyebabkan timbulnya rasa kikuk dalam masyarakat. “ Representasi Identitas Suporter dalam Logo Viking Persib” oleh Betha Almanfaluthi adalah hasil penamaman, pemahaman, dan analisis atas logo sebuah persatuan sepak bola yang ternyata mencakup masyakarat luas, tidak hanya yang ada di Bandung.
Rangga Samiaji Rinjani menulis “Representasi Makanan Tradisional Jakarta dalam Komposisi Foodporn di Media Sosial Instagram”, sebuah telaah tentang strategi pemasaran makanan lewat media sosial Instagram. “Nasionalisme Banal dalam Pemanfaatan Lambang Garuda Pancasila di Media Internet” oleh Danu Widhyatmoko” menelaah bagaimana lambang garuda pancasila menjadi simbol nasionalisme banal di dunia maya. “Ekspresi Kehidupan Odapi melalui Seni Perhiasan” oleh Yusaira Farhia adalah telaah dan analisis tentang kepercayaan adanya hubungan antara perhiasan dan proses kesembuhan penyakit.
Semua artikel dalam nomor ini merupakan bagian dari inti masalah yang berkaitan dengan upaya manusia untuk menjalani proses urbanisasi, yang bisa saja tidak hanya terjadi di Jakarta tetapi juga di kota-kota besar lain – dahulu dan sekarang. Kita sepenuhnya menyadari bahwa masalah urbanisasi sudah terjadi sejak di Indonesia tumbuh kota-kota yang dirancang dan dihuni oleh masyarakat yang memiliki dan sekaligus menciptakan berbagai masalah yang mau tidak mau harus dipecahkanya.